Pada suatu waktu, Al-Hasan Al-Bashri, salah seorang ulama besar dari generasi salaf, merenungkan tentang batasan akhir amalan seorang mukmin. Beliau menyampaikan hikmah kebijaksanaan yang mendalam, “Sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah menjadikan batasan akhir untuk amalan seorang mukmin selain (datangnya) kematiannya.” Ungkapan ini mencerminkan prinsip utama dalam agama Islam, yaitu ketaatan kepada Allah yang terus-menerus hingga saat-saat akhir kehidupan.
Ayat yang menjadi landasan utama untuk prinsip ini terdapat dalam Surah Al-Hijr, ayat 99, yang berbunyi: “Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al-yaqin (kematian).”
Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa ibadah dan ketaatan kepada Allah bukanlah sesuatu yang memiliki batas waktu atau situasi tertentu. Sebaliknya, itu adalah perjalanan spiritual yang berlangsung sepanjang hidup, sampai saat akhir hayat seseorang. Dalam konteks ini, Al-Hasan Al-Bashri menegaskan bahwa kematiannya adalah garis finis bagi amalan seorang hamba.
Ayat tersebut bukan sekadar seruan untuk menjalankan ritual ibadah semata, melainkan sebuah panggilan untuk menghidupi setiap aspek kehidupan dengan ketaatan kepada Allah. Mari kita bersama-sama merenung tentang makna mendalam di balik perintah ini.
1. Ketaatan Sebagai Perjalanan Seumur Hidup
Perintah untuk menyembah Allah hingga datangnya al-yaqin menekankan bahwa ibadah bukanlah kewajiban yang bersifat sementara. Sebaliknya, itu adalah perjalanan seumur hidup yang membutuhkan konsistensi dan ketekunan. Setiap langkah, setiap sujud, dan setiap doa adalah bagian dari perjalanan panjang ini menuju akhir hayat.
2. Kesadaran Akan Kematian sebagai Pemacu Ketaatan
Ketika Allah mengatakan “sampai datang kepadamu al-yaqin,” itu mengingatkan kita akan kenyataan bahwa hidup ini sementara, dan kematian adalah keniscayaan. Kesadaran akan kematian bukanlah pendorong ketakutan, tetapi sebagai pemacu untuk meningkatkan kualitas ibadah dan ketaatan kepada Allah.
3. Kedamaian Hati dalam Ketaatan
Mengikuti perintah Allah dengan penuh kesadaran akan membawa kedamaian dalam hati. Ketaatan kepada-Nya adalah sumber kekuatan, kebijaksanaan, dan ketenangan di tengah liku-liku kehidupan. Dalam setiap kesulitan, seorang hamba yang taat tahu bahwa Allah selalu bersamanya.
4. Al-Qur’an dan Sunnah sebagai Panduan Hidup
Untuk menyembah Allah dengan benar, kita perlu memahami ajaran-Nya. Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW adalah petunjuk utama dalam menjalani kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah. Dengan merenungi firman-Nya dan mengikuti teladan Rasul, kita dapat mencapai ketaatan yang bermakna.
5. Mengarungi Hidup dengan Ikhlas dan Syukur
Sembahlah Allah hingga datangnya al-yaqin adalah panggilan untuk menjalani hidup dengan ikhlas dan syukur. Setiap nafas, setiap nikmat, dan setiap ujian adalah kesempatan untuk bersyukur kepada Allah yang telah menciptakan hidup ini sebagai ujian bagi hamba-Nya.
Dengan menyadari bahwa setiap amalan baik yang kita lakukan adalah investasi untuk kehidupan akhirat, kita dapat menghadapi setiap ujian dan rintangan dengan kepala tegak. Mari jadikan perintah Allah sebagai pemandu dalam setiap langkah hidup kita, sehingga kita dapat sembah-Nya dengan tulus hingga datangnya al-yaqin, dan memperoleh rahmat-Nya di dunia dan akhirat.